• Layanan ManggalaPernikahan, Pindah Rumah, Peresmian Toko, Kelahiran, Menjenguk Orang Sakit, Pelayanan Lapas, Anjangsana
  • Layanan AvamanggalaPelayanan Duka

Sejarah

Sejarah masuknya agama buddha di desa Karangduwur bermula dari Tokoh utama agama Buddha yaitu Sastro Dimejo yang berasal dari Sidoharum. Kemudian beliau tinggal didesa karangduwur, mengenalkan agama Buddha dengan mengadakan pertemuan di rumah mbah Murto Sentono yang dihadiri oleh Slamet, Damin dll. berawal dari vihara jala giri pura atas nama yang diberikan oleh sabar alim dari semarang beliau adalah seorang polisi yang beragama buddha, jala giri pura berarti vihara yang berada dijalan menuju laut yang terletak di gunung. Sejarah berdirinya vihara pertama kali numpang di rumah mbah Murto Sentono, kemudian pada tahun 1969 mendirikan vihara didepan mbah Murto Sentono masih beratap seng dan berdinding batu alam, selanjutnya pada tahun 1982 dipindah di dusun Nagasari di karenakan hujan abu dari gunung Galungung dan keadaan vihara yang memprihatinkan. Pembangunan dilakukan oleh swadaya seluruh penduduk, bahkan dari umat islampun ikut bergotong royong membantu dalam pembuatan vihara jala giri pura. Pemugaran vihara sudah dilakukan 3 kali, yang pertama masih lojen, setelah itu berbentuk joglo, dan saat ini kembali ke bentuk lojen lagi. Pemugaran ini dilakukan secara swadaya seluruh umat Buddha desa karangduwur, baru yang pemugaran vihara yang terakhir dilakukan atas prakarsa swadaya umat dan bantuan donator dari Jakarta. Tokoh yang menyebarkan agama Buddha di karangduwur yaitu : pak sabar alim dari semarang sering berminggu-minggu singgah dan menyebarkan dhamma didesa karangduwur dan pak sastro dari Purwodadi juga sering membabarkan dhamma di desa karangduwur dengan cara berkunjung dari satu rumah kerumah umat Buddha yang lain. Tapi setelah itu pembelajaran paritta dipusatkan disatu rumah. Pada tahun 1968 jumlah umat Buddha yang ada dikarangduwur sekitar 150 KK tapi pada tahun-tahun berikutnya semakin berkurang, dan saat ini ini hanya tinggal 122 KK yang terdiri dari 379 jiwa. Pada awalnya agama Buddha yang masuk ke karangduwur belum mengenal sekte dan bersembahyang dengan menggunakan buku Pancaran Bahagia, Sekitar tahun 1968 Buddhayana masuk ke desa karangduwur, berawal dari kedatangan Mahathera Narada. Pada tahun 2010 masuk sekte Theravada di Desa karangduwur, sejak itu sampai saat ini Vihara Jala Giri Pura karangduwur menjadi binaan Sangha Theravada Indonesia. Pada tahun 1974 Bapak Slamet mengikuti penataran pelatihan perkawinan, di Bandungan didisebut KUU (Koordinator Upasakha dan Upasikha), karena pada tahun 1974 keluar Undang-undang Perkawinan yang berbunyi setiap berita acara perkawinan harus dicatat dan disetorkan oleh catatan sipil, tapi peresmian dan pelaksanaan baru dimulai tahun 1985 Kegiatan keagamaan yang dilakukan umat Buddha pada saat itu adalah membaca parita di vihara yang dilakukan setiap sore, Kegiatan pertemuan ibu-ibu wandani yang dilakukan setiap hari minggu, kegiatan sekolah minggu Buddha yang dilakukan setiap hari minggu, kegiatan kebaktian anjangsana yang dilakun setiap malam rabu, dua minggu sekali bergilir tiap kelompok, kabaktian patidana jika ada umat Buddha yang meninggalA. Sejak tahun 1999 umat Buddha karangduwut terbagi menjadi 6 kelompok anjangsana yaitu : Bodhi wacana, Metta Karuna, Lokha Dhamma, Sasana Bhakti, Vijja Dhamma Sabba, Virya Dhamma Bhakti.

.

Samyuta Nikaya 1: 42

Memberikan makanan, seseorang memperoleh kekuatan; Memberikan pakaian, seseorang memperoleh kecantikan; Memberikan kendaraan, seseorang memperoleh kemudahan; Memberikan pelita, seseorang memperoleh penglihatan. Seorang yang memberikan tempat tinggal Adalah pemberi segalanya. Tetapi seorang yang mengajarkan Dhamma Adalah pemberi Keabadian

Butuh informasi lain tentang vihara kami? Hubungi 082242874442
Copyright © 2017 VIHARA JALAGIRIPURA